Materi Sesi Penilaian PAI 53/2015

Bagi teman-teman Instruktur atau GPAI di seluruh Indonesia, dibawah ini adalah materi Workshop sesi penilaian PAI sesuai dengan regulasi terbaru, Permendikbud 53/2015. Materi ini akan selalu di update. Semoga ada manfaatnya. Aamiin.

Presentasi Pengembangan Penilaian PAI Hery Nugroho

LK 1 Pemetaan KD dengan penilaian SMA SMK

LK 2 Perubahan penilaian dlm 53 2015

LK 3 Praktik Instrumen Penilaian

Contoh Deskripsi Rapor sesuai Panduan Dirjen Dikdasmen Kemdikbud

Pengayaan Penilaian PAI 53 2015 Hery Nugroho

Kesepakatan Penilaian Narsum Jawa Tengah 2016

“SM” sebagai Sumber Belajar

Oleh Hery Nugroho, Dimuat di Koran Suara Merdeka, 12/2/2015

Sumber: http://berita.suaramerdeka.com/smcetak/sm-sebagai-sumber-belajar/       hery nugroho oxfordDelapan belas tahun lalu, untuk kali pertama penulis menjadi pembaca aktif Suara Merdeka (SM), harian terbesar di Jawa Tengah. Tepatnya, sewaktu belajar di IAIN (Sekarang UIN) Walisongo Semarang dan menjadi santri di Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin Semarang. Di ponpes, setelah mengaji bakda Shalat Subuh, penulis dan santri lain menunggu kedatangan loper koran ini. Lainnya

Spirit Guru Oxford

INOVASI – Oleh Hery Nugroho
Diterbitkan di SuaraMerdeka, 7 Februari 2015 Sumber: http://berita.suaramerdeka.com/smcetak/spirit-guru-oxford/
university of oxfordHASIL evaluasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), di antara kendala penerapan Kurikulum 2013 adalah guru dalam mengajar di kelas lebih banyak menggunakan metode ceramah. Meskipun sudah diberi pelatihan menggunaan pendekatan scientific dalam beberapa hari, tidak sedikit guru kembali ke pembelajaran semula. Memang dari segi zona aman, metode ceramah adalah pilihan favorit. Guru tidak perlu repot menyiapkan segala sesuatu dalam pembelajaran. Lainnya

Sampingan

Belajar dari Oxford (Catatan Mengikuti Short Course ke Oxford UK-2)

Guru Jateng to Oxford edit
Oleh: Hery Nugroho (GPAI SMAN 3 Semarang)
Untuk menguatkan pelaksanaan Kurikulum 2013, khususnya mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, Kementerian Agama RI menyelenggarakan Short Course Metodologi Pembelajaran bagi Guru PAI (GPAI)  di Oxford University United Kingdom (5-15 Desember 2014).Menurut Hery Nugroho, GPAI SMAN 3 Semarang, salah satu peserta mengatakan banyak hal yang dapat diambil manfaatnya, yaitu dalam pelatihan yang asuh Pakar Pendidikan University of Oxford, diantaranya  Dr Nigel Fancourt, Dr Liam Gearon, Trevor Mutton & Dr Ann Childs.

Lainnya

Memotong Rantai Kemiskinan

  • Oleh Hery Nugroho SM Cetak – Wacana, 09 April 2014

hery nugroho oxfordPresiden Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan bahwa pendidikan merupakan hak bagi seluruh rakyat, termasuk untuk anak-anak bangsa dari golongan ekonomi kurang mampu. Menurutnya, sudah menjadi tugas dan kewajiban pemerintah mengupayakan mengurangi tingkat kemiskinan dan pengangguran melalui pendidikan (SM, 28/2/14).Ia menyampaikan hal itu di depan pe­serta Forum Silaturahim Na­sional Bidikmisi 2014 (26-28/2) di Jakarta. Peserta berasal dari per­wa­kilan mahasiswa penerima Bi­dikmisi berprestasi angkatan 2010-2013 dari 98 PTN/PTS. Bidikmisi yang dikelola Ditjen Dikti Kem­dikbud merupakan program pemberian beasiswa untuk mahasiswa tidak mampu tapi memiliki prestasi.

Program tersebut patut di­apreasiasi karena selama ini belum se­mua lapisan masyarakat dapat me­ngenyam pendidikan tinggi. Data Dirjen Dikti tahun 2014 menyebutkan, angka partisipasi kasar (APK) baru 27,1% dan angka tingkat melanjutkan ke perguruan tinggi masih rendah dibanding negara lain. Di antara penyebabnya adalah kondisi perekonomian orang tua.

Badan Pusat Statistik (BPS) menca­tat pada Maret 2013, jumlah penduduk mis­kin di Indonesia 28,07 juta orang (11,37%). Keterbatasan ekonomi pernah dialami SBY semasa kecil. Dia  ber­sa­ma sejumlah teman di Pacitan Jawa Timur memiliki impian menjadi mahasiswa perguruan tinggi ternama seperti UGM, Unair, ITS. Namun karena keterbatasan ekonomi, banyak yang tak bisa mencapai mimpi itu. (www.kemdikbud.go.id).

Penulis pun teringat semasa berkuliah. Begitu beratnya beban orang tua membiayai tiga anak yang dalam waktu hampir bersamaan kuliah. Penulis membantu meringankan beban orang tua dengan berjualan di traffic light Krapyak Semarang. Kondisi serupa dijalani beberapa teman. Untuk bisa kuliah, me­reka menjadi kuli bangunan, berjualan nasi bungkus, memberikan les privat, menjahit, dan sebagainya.

Perlu beberapa langkah strategis supaya program Bidikmisi betul-betul dapat memotong mata rantai kemiskinan di Indonesia. Pertama; perguruan tinggi perlu mengawal semua peserta program dalam menempuh studi agar dapat menyelesaikan sesuai jadwal, dengan hasil baik. Hal itu mengingat tak semua masaiswa bisa mendapatkan fasilitas itu.

Nilai Plus

Selain pembelajaran di kelas, mahasiswa peserta program Bidikmisi perlu dibekali soft skill (kepemimpinan, kewirausahaan, jurnalistik, dan lain-lain). Lewat cara tersebut, setelah selesai kuliah mereka mempunyai nilai plus saat berkompetisi dalam bekerja atau menciptakan lapangan pekerjaan di masyarakat.

Kedua; peserta Bidikmisi sebelum lu­lus perlu mendiseminasikan bidang ke­ahlian yang dimiliki atau semangat be­lajar di perguruan tinggi kepada ma­syarakat tempat tinggalnya, akan pentingnya pendidikan. Harapannya, hal itu akan menjadi spirit baru bagi masyarakat di lingkungannya untuk berubah.

Ketiga; perlu ada tindak lanjut bagi alumni Bidikmisi. Bagi yang berpres­tasi, Mendikbud memberikan beasiswa S-2 dan S-3 di dalam atau luar negeri, yang perlu didukung berbagai pihak. Dengan melanjutkan studi, mereka akan lebih memiliki daya saing dan menginspirasi generasi muda. Untuk alumni yang ingin berwirausaha, pemerintah se­baiknya menfasilitasi pelatihan ke­wi­rausahaan dan memberi­kan bantuan modal usaha. Hara­pan­nya mereka dapat terjun langsung ber­wirausaha.

Keempat; alumni Bidikmisi yang sudah mandiri bisa membantu pemerintah dalam pengentasan masyarakat dari ke­miskinan sesuai bidang masing-masing. Lebih baik lagi andai mereka me­nyisihkan sebagian penghasilannya untuk memberikan beasiswa kepada masyarakat yang belum terlayani oleh Bidikmisi.

Seyogianya hasil donasi tersebut dikelola lembaga khusus alumni Bidik­misi. Tujuannya untuk memperluas kesempatan masyarakat ekonomi lemah yang lain, supaya juga dapat menge­nyam pendidikan tinggi. Program Bidikmisi bermanfaat untuk memotong mata rantai kemiskinan. (10)
— Hery Nugroho MSi MSI, guru SMA Negeri 3 Semarang, alumnus Heartland International Chicago AS

Lainnya

Pendidikan Agama di Sekolah

Oleh Hery Nugroho
Suara Merdeka, 7 Maret 2014
hery nugroho oxfordPendidikan agama di sekolah berperan strategis dalam mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional. Hal itu selaras amanat Pasal 3 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas. Ketercapaian fungsi dan tujuan itu tidak lepas dari peranan pendidikan agama, sebagaimana termaktub dalam Pasal 2 (1) PP Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama. Lainnya

Pemanfaatan Libur Sekolah

Oleh Hery Nugroho  (Suara Merdeka, 23 Desember 2013)

hery nugroho oxfordKeputusan kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah  menyebutkan tanggal 23 Desember-4 Januari 2014 (dua minggu) adalah libur akhir semester gasal. Dalam pantauan penulis, banyak siswa memanfaatkan waktu libur untuk hal yang kurang bermanfaat. Semisal bangun siang, menonton televisi seharian penuh, begadang, dan sebagainya. Lainnya

Guru PAI Juga Dituntut Melek Teknologi

hery nugroho oxfordOleh: Hery Nugroho (Tulisan ini dimuat di Suara Merdeka, 26 Oktober 2013)

PENGUASAAN Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) bagi guru profesional, termasuk guru Pendidikan Agama Islam (PAI), adalah syarat mutlak.

Undang-Undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen memerintahkan agar guru meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni [Pasal 20 (b)]. Lainnya

Memahami Asmaul Husna lewat Cerpen

Oleh: Hery Nugroho MSi, guru SMA 3 Semarang

herynugrohoDimuat di Suara Merdeka, 28 September 2013

SALAH satu materi Pendidikan Agama Islam kelas X yang ada di kurikulum 2006 dan 2013 adalah asmaul husna . Selama ini, materi tersebut sering disampaikan guru dengan menerangkan pengertian, cakupan dan dalil naqli-nya. Lainnya

Pembelajaran PAI Berbasis ICT

Oleh: Hery Nugroho (tulisan dimuat di Radar Semarang)

Diakui atau tidak sekarang ini tidak sedikit guru dalam pembelajaran di kelas masih monoton (ceramah). Termasuk didalamnya guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Guru mengajarkan di depan kelas, sedangkan peserta didik senang atau tidak harus mau mendengarkannya. Akibatnya, peserta didik merasa bosan dengan mata pelajaran yang diajarkan Hal ini ditunjukkan dengan peserta didik yang mengantuk, berbicara dengan teman, sering ijin keluar, menulis atau menggambar dan aktifitas lainnya yang tidak ada hubungan dengan mata pelajaran tersebut. Lainnya

Previous Older Entries